Pemred Situs NU Online Akui Sebarkan Berita Bohong


ricuh muktamar NU
Pemimpin Redaksi NU Online Syafik Ali mengakui medianya menyebarkan berita bohong seputar kondisi Muktamar ke-33 NU di Jombang. Ia pun meminta maaf kepada semua jurnalis peliput Muktamar NU.

"Saya selaku Pemimpin Redaksi NU Online menyampaikan maaf kepada kawan-kawan peliput Muktamar atas pemberitaan kami yang menyinggung," kata Syafik seperti dikutip Tempo.

NU Online memuat laporan yang menuduh semua media massa berbohong soal terjadinya kericuhan yang terjadi di Muktamar. Sebaliknya, media itu melaporkan bahwa pelaksanaan Muktamar berjalan lancar dan tidak ada gejolak sama sekali.

Berita yang dimaksud bertajuk  “Soal Sidang Pleno Diskors, Ini Pantauan NU Online di Arena Muktamar”, dimuat di rubrik nasional Senin, 03/08/2015 03:02. Berita tersebut sudah diedit dan akan dihapus.

Salah satu kalimat dalam berita tersebut yang dinilai menudutkan adalah “...media-media komersial itu cenderung mencari sensasi publik dengan menyebut kericuhan, perkelahian.”

Dalam berita itu juga disebutkan beberapa nama media yang dimaksud yakni okezone, detik.com, merdeka.com, metrotvnews.com, liputan6.com, tribunnews.com, sindonews.com.
Menurut perwakilan para wartawan mereka melaporkan kejadian apa adanya seperti yang diamati di lapangan.


Menurut Syafik, seluruh mekanisme redaksi NU Online seharusnya melewati editing dan forum redaktur sebelum diberitakan. Namun dia berkilah pemberitaan itu lolos begitu saja tanpa diketahuinya.

Syafik menjelaskan, tidak seharusnya reporternya menyebut satu per satu media massa yang dituduh menyebarkan berita bohong. Namun, sebagai pemimpin redaksi, dia telah mempercayakan sepenuhnya proses peliputan itu kepada reporternya di lapangan. Jadi materi yang didapat sudah dianggap sesuai dengan kebenaran.

Sebagai media massa yang menjadi rujukan pemberitaan nahdliyin, dia banyak menerima pertanyaan dari pembaca soal kericuhan itu. Untuk menjawabnya, dia menurunkan laporan hasil pandangan mata reporter yang menyatakan jalannya persidangan soal AHWA berjalan lancar dan aman.

"Kami akan menghapus laporan itu dan memuat permintaan maaf, agar hubungan kita tetap baik,” katanya.

Para wartawan yang medianya tercantum dalam laporan NU Online menuding media itu sengaja mengaburkan fakta dengan menyampaikan berita yang tak sesuai dengan kenyataan. "Kalau perlu, pimrednya saya tunjukin rekaman ricuhnya," tutur cameramen salah satu televisi nasional.

Berbeda dengan media lain, NU Online berupaya menutupi kericuhan dan baku-hantam yang terjading di arena muktamar.*

Artikel Islam Media Network Lainnya :

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2017 Islam Media Network